RING OF FIRE SEBAGAI FAKTOR BENCANA DI INDONESIA
Ring
of Fire atau Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik adalah
daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi
yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk
seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah
ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar
90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar
terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6%
dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide
yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke
Atlantika.
Secara
histografi, Indonesia merupakan wilayah yang sering terjadi gempa
bumi dan tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan
tsunami besar di tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 bencana
tsunami besar di Indonesia selama hampir satu abad
(1900-1996).
Bencana gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempa bumi terjadi hampir di setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa Aceh di akhir 2004, pada 2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000 orang menjadi korban. Akhir Mei 2006 ini, giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah diporakporandakan gempa bumi. Korban meningggal mencapai 5.000 orang lebih.
Bencana gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempa bumi terjadi hampir di setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa Aceh di akhir 2004, pada 2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000 orang menjadi korban. Akhir Mei 2006 ini, giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah diporakporandakan gempa bumi. Korban meningggal mencapai 5.000 orang lebih.
Berbagai
daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana
gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah
Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah
menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan
antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang
terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. Catatan
dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 28
wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di
antaranya NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung,
Banten, Jateng dan DIY bagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali,
NTB dan NTT. Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku
Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kaltim.
Selain
dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur
The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur
rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin api Pasifik membentang
diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng
Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang
dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat
Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang,
Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia
memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana
hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone kegempaan dan gunung api
aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau
tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa
manusia amat banyak.
Untuk
mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi merupakan pekerjaan yang
sulit. Hal ini dikarenakan gempa dapat terjadi secara tiba-tiba di
manapun asalkan masih berada dalam zona kegempaan bumi. Maka dari itu
yang masih mungkin dilakukan adalah melakukan sistem peringatan dini
(early warning sytem) yang berfungsi sebagai "alarm"
darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga.
Implementasi sistem ini bisa diterapkan dengan memasang rangkain
seismograph yang tersambung dengan satelit. National Ocean and
Atmospheric Administration (NOAA) USA misalnya, telah menggunakan
sensor bernama DART (Deep Oceaan Assesment and Reporting) yang mampu
mengukur perubahan gelombang laut akibat gempa bumi tektonik.
Alat-alat
pendeteksi gempa langsung harus diletakkan pada daerah-daerah rawan
gempa seperti Aceh, Nabire, Alor, Bengukulu, pantai selatan Jawa, dan
sejumlah daerah rawan gempa lainnya. Alat-alat pendeteksi dipasang
dipantau setiap hari oleh petugas teknis yang berada di daerah
bersangkutan, yang lalu mengirimkannya ke pusat untuk diolah dan
dianalisis lebih lanjut oleh para pakar yang memang ahli di bidangnya
0 comments:
Post a Comment