Perkembangan Awal Ekonomi Orde Baru
Pada masa awal Orde Baru. Pembangunan ekonomi di
Indonesia maju pesat. Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan
infrastruktur,dll. Saat permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi
pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan
tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok
rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada
awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun.
Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah
direncanakan pemerintah.
Setelah itu di keluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti :
Setelah itu di keluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti :
·
rendahnya penerimaan Negara,
·
tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara,
·
terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit
bank,
·
terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri penggunaan
devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
2. Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan
perekonomian.
3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh cara:
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh cara:
·
Mengadakan operasi pajak
·
Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan
dan kekayaan dengan
menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka
Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut
Pelita(Pembangunan Lima Tahun).
Pelita berlangsung dari Pelita I – Pelita VI.
1. Pelita I(1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah
pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor
pertanian.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
·
Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4%
setahun.
·
Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
·
Perbaikan jalan raya.
·
Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
·
Semakin majunya sektor pendidikan.
2. Pelita II(1 April 1974 – 31 Maret 1979).
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah
pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan
memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi
rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri
juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di
rehabilitasi dan di bangun.
3.Pelita III(1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan.
Asas-asas pemerataan di tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan,
seperti pemerataan pembagian kerja, kesempatasn kerja, memperoleh keadilan,
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan,dll
4. Pelita IV(1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan ondustri yang dapat
menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV
antara lain.
a. Swasembada Pangan.
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras
sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan
ini mendapatkan penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia)
pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain
swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk
keluarga.
5. Pelita V(1 April 1989 – 31 Maret 1994).
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor
pertanian dan industri untuk memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan
produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor.
Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka
panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke dua,
yaitu dengan mengadakan Pelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki proses
tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi
menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Peran Indonesia Pada Pembangunan masa Orde Baru dalam
teori Dependensi
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk
kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir
dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno
pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu
tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat
meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela
di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga
semakin melebar.
Secara politik Presiden Soeharto memulai “Orde Baru”
dengan cara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan
yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama
yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi.
Indonesia pada tanggal 19 September 1966mengumumkan bahwa
Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada
tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun
setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi
sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur
administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi
secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer,
khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini
mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
Pembagian PAD juga kurang adil
karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan
jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi
dari seminar Seskoad II 1966 dan
konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto
merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya
stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan
ditopang kekuatan Golkar,TNI, dan lembaga pemikir
serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik
dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Dalam sebagian pihak ada yang Kelompok pertama mengacu
pada peran yang dimainkan Amerika Serikat jauh sebelum peralihan kekuasaan
nasional terjadi di tahun 1965. Amerika Serikat telah mem-plot strategi ekonomi
versi mereka dengan memakai ‘tangan’ orang-orang Indonesia, orang-orang yang
oleh David Ransome disebut Mafia Berkeley. Melalui program beasiswa ke
Universitas California dan pendidikan di Sekolah-sekolah Staf Komando Angkatan
Darat (Seskoad) sejak awal 1960-an, Amerika Serikat berusaha mengintrojeksikan
paradigma ekonomi yang berorientasi liberal-kapitalis terhadap para ekonom
sipil dan kelompok militer Indonesia. Dan hal ini sebagaimana telah saya
uraikan di latar belakang permasalahan, bahwa Produk Ekonom Indonesia yang
mengadopsi sistem ekonomi dari barat dalam hal ini Amerika tentu saja kita bisa
menggunakan pendekatan teori Dependensi dimana perbedaan antara konsep Negara
Pusat dan Negara Pinggiran Indonesia pada waktu ini dinilai sudah mau mengikuti
Amerika walaupun dalam realita perkembangan teori lepas landas dari Rostow
Indonesia masih dinilia belum begitu mumpuni, Sistem dengan teori Dependensi
yang kita lihat pada masa Era Orde Baru ini memang pernah membawa Indonesia
pada kondisi perekonomian yang sangat stabil bahkan diperhitungkan dimata
dunia, dan ini salah satu menjadi sebuah kekuatan besar yang menjadikan
Indonesia disepertikan Macan di Asia. Konsep Negara Pinggiran Indonesia lah
yang menjadikan Amerika sebagai Central atau Negara pusat untuk memajukan
Indonesia dalam pandangan teori Dependensi dan aplikasinya adalah PELITA yang
dimulai oleh Orde Baru ini menjadikan sebuah adopsi teori Rostow oleh Indonesia.
Kondisi Ekonomi Pada Era Pasca Runtuhnya Orde
Baru
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis
keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam
50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang
semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi
meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang
awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah
gejolak kemarahan massa yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah
MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil
Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi
presiden ketiga Indonesia.
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada
sektor bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai pendukungnya.
Namun Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas
landas Indonesia ke yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal landas dan kapal
pun rusak. Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit di atasi pada
akhir tahun 1997. Semula berawal dari krisis moneter lalu berlanjut menjadi
krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
Pelita VI pun kandas di tengah jalan. Kondisi ekonomi yang kian terpuruk
ditambah dengan KKN yang merajalela, Pembagunan yang dilakukan, hanya dapat
dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat. Karena pembangunan cenderung
terpusat dan tidak merata. Meskipun perekonomian Indonesia meningkat, tapi
secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh.. Kerusakan serta
pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam. Perbedaan ekonomi antar
daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat terasa
semakin tajam.. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial).
Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan
politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Pembagunan
tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang
menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian.
Faktor inilah yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian
nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.membuat perekonomian Indonesia
gagal menunjukan taringnya. Namun pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru
merupakan pondasi bagi pembangunan ekonomi selanjutnya.
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan
sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan “Era Reformasi“. Masih adanya tokoh-tokoh penting pada
masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat
beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu
Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai “Era Pasca Orde Baru”.
Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari
Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain
seperti Uni Soviet danYugoslavia. Hal ini tak lepas
dari peran Habibie yang berhasil
meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan
jaman.
Kesimpulan
Perkembangan Ekonomi pada era Orde Baru ini sangat
kompleks dan beragam Karena menjadi sebuah perjalanan panjang Indonesia yang
berujung pada kondisi perekonomian yang tragis ketika mengalami krisis. Dan
bila kita runut, begitu banyaknya peristiwa yang menjadikan Orde Baru dalam
bidang Ekonomi yang menyelamat kan bangsa Indonesia hingga issue pengangkatan
mantan Presiden Soeharto menjadi pahlawan karena menjadi bapak pembangunan
Indonesia. Karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Indonesia ketika rezim
Orde Baru pernah mengantar kan bangsa nya ke kondisi ekonomi yang baik dan
sangat stabil. Ini bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh rakyat, ini lah
prestasi Orde Baru, menjadikan pembangunan Indonesia dalam roda perekonomian
menjadi mapan dan diperhitungakan didunia Internasional pada masa Orde Baru.
Adapun kelebihan-kelebihan yang berada ketika Orde
Baru ini, diantaranya:
·
Perkembangan GDP per kapita
Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah
mencapai lebih dari AS$1.000
·
Sukses transmigrasi
·
Sukses KB
·
Sukses memerangi buta huruf
·
Sukses swasembada pangan
·
Pengangguran minimum
·
Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
·
Sukses Gerakan Wajib Belajar
·
Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
·
Sukses keamanan dalam negeri
·
Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
·
Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk
dalam nege
enak banget zaman pak
soeharto walau pun blm pernah ngerasain masa2 pemerintahanx, tp dr cerita ortu
dulu bahwa pak soeharto selalu tegas dlm menjalani tugasx sbg presiden, apalagi
zaman pak soeharto semua barang serta murah bisa di dptx sesuka hati tanpa
mempedulikan harga.. pengen banget lahir di zaman pemerintahan pak soeharto,
hidup rasax tenang & tentram.
TANGGAPAN
TERHADAP
“
GAGALNYA
PEMBANGUNAN: MEMBACAULANG KERUNTUHAN ORDE BARU
”
Cava T.S. Bramono (NPM: 1306384353)Masa orde baru
1966-1998 menjadi masa di mana penggunaan istilah
“
pembangunan
”
menjadi sangat populer. Secara makro, ketika
membahas pemerintahan orde baru, makakita dapat langsung mengasosiasikannya
dengan pertumbuhan ekonomi, swasembada pangan, dan berbagai peristiwa,
kebijakan, maupun data-data yang kental dengan
nuansa pembangunan. Di luar berbagai kontroversi mengenai pemerintahannya yang otoriter,Soeharto
- sang pemimpin rezim orde baru - kerap kali disebut bapak pembangunan. Namun fakta sejarah tidak bisa dielakkan bahwa pada akhirnya, rezim pembangunan ini runtuh setelah 32 tahun kekuasaannya. Terpaan krisis moneter yangmuncul
sejak 1997 memicu perlawanan terhadap kesewenang-wenangan pemerintahanyang
berujung pada turunnya Presiden Soeharto yang menandai berakhirnya orde baru.Di
balik berbagai kejayaan dan pertumbuhan - khususnya dalam bidang ekonomi
-ternyata negara dibawa menuju kehancuran dan pada akhirnya rakyatlah yang
dirugikan.Andrinof A. Chaniago, dalam buku
Gagalnya Pembangunan: Membaca
Ulang Keruntuhan Orde Baru
mencoba memaparkan dengan komprehensif apa
yangsebenarnya menjadi permasalahan dalam pembangunan orde baru yang
akhirnya berujung pada keruntuhannya. Buku terbitan LP3ES ini memuat pandangannyamengenai
faktor-faktor penyebab gagalnya pembangunan orde baru, antara lain
strukturekonomi yang rapuh, sistem sosial yang juga rapuh, hancurnya beberapa
modal sosialakibat kebijakan pembangunan yang hiperpragmatis dan sikap pemimpin
yang tidak maumengubah sistem politik pada saat sangat diperlukan.Lebih jelas
lagi, secara historis kemunculan faktor-faktor tersebut dipaparkandalam
Bab 2: Sejarah Gagalnya Pembangunan Orde Baru
. Sejarah 32 tahun pembangunan
orde baru yang berujung pada kehancuran diperiodisasikan dalam empatepisode
utama.
Episode pertama
, ditandai dengan konsolidasi, rehabilitasi,
danstabilisasi strukutur ekonomi dan politik. Kebijakan pada periode sekitar
1966 sampaidengan 1970 ini memfokuskan pada potensi ekonomi yang paling mudah
untukdiproduksi, dan hubungan patron-klien yang mulai dibentuk oleh beberapa
pengusahaswasta tertentu dengan elit birokrasi pemerintahan.
Episode kedua
,
adalah masa
melonjaknya pemasukan negara secara drastis akibat
sektor minyak. Pada episode ini,negara melakukan etatisme dengan mendominasi
perekonomian. Ketika harga minyakmulai anjlok pada awal 1980-an,
keterpurukan perekonomian Indonesia mulai dirasakan.Hal itu menandai dimulainya
episode
ketiga
di mana pemerintah dituntut untukmelakukan
penyesuaian struktural melalui berbagai deregulasi yang nyatanya juga tidakefektif.
Episode keempat
gagalanya pembangunan orde baru, merupakan masa
bergerakmenuju hiperpragmatisme pemerintah yang ditunjukkan dalam berbagai
kebijakan-kebijakannya yang merugikan. Berbagai kebijakan tersebut, seperti
swastanisasikawasan industri menjadi bisnis lahan, memacu pertumbuhan ekonomi
melaluikonsumtifisme, pembangunan perumahan rakyat yang justru tidak memihak
rakyat,
dan pembangunan jalan tol dalam kota, lebih detil lagi dijelaskan dengan sangat baik danmendalam
pada bab-bab berikutnya.Kajian mengenai kesalahan-kesalahan dalam proses
pembuatan kebijakan publikmasa lalu yang mengakibatkan kegagalan pembangunan
seperti buku ini menjadi terus penting untuk dicermati, khususnya oleh
para pengambil kebijakan, demi efektivitas dankesuksesan pembangunan
di masa mendatang. Salah satu aplikasi yang paling dekat,misalnya dalam wacana
pembangunan enam ruas tol dalam kota oleh pemerintah D.K.I.Jakarta. Para
pengambil kebijakan mungkin perlu lebih memandang serius kebijakanserupa yang
pernah diambil di masa orde baru yang tidak hanya keliru secara teknis,
tapi juga dengan fatal menggeser fungsi pembangunan infrastruktur dalam perekonomiandari
fungsi antara menjadi fungsi akhir. Masyarakat luas dan khususnya
civil society
juga perlu memperhatikan wacana ini dan mengawasi kalau-kalu kebijakan yang akandiambil
ini persis seperti di masa orde baru, memuat kepentingan pihak tertentu
untukmenjadikan barang publik ini sebagai mesin pengeruk uang
Balas
0 comments:
Post a Comment